Thursday, October 25, 2012

PERANGKAP MONYET


Apa beda manusia dan hewan?

Pertanyaan bodoh rupanya. Ya tentu saja manusia sangat berbeda kalau dibandingkan binatang. Sudah jelas yang satu mahluk mulia yang satu bukan. Sudah jelas yang satu khalifah dimuka bumi yang satu bukan. Sudah jelas yang satu diberi akal budi yang satu bukan. Sudah jelas yang satu punya nurani yang satu bukan.

Lalu kenapa si Bedu mengajukan pertanyaan tersebut?

Saya tertarik membaca sebuah kisah bagaimana teknik/ cara berburu monyet yang begitu unik. Cerita ini di posting oleh sahabat saya yang entah sudah postingan keberapa dari tangan ke tangan..

Teknik menangkap monyet yang dilakukan di Afrika ini memungkinkan sipemburu menangkap monyet dalam keadaan hidup-hidup tanpa cedera sedikitpun.

Cara menangkapnya sederhana saja - pemburu hanya menggunakan toples berleher panjang & sempit. Toples itu diisi kacang yg telah diberi aroma.
Tujuannya untuk mengundang monyet-monyet dtg. Setelah diisi kacang, toples-toples itu ditanam dalam tanah dgn menyisakan mulut toples dibiarkan tanpa tutup.

Para pemburu melakukannya disore hari. Besoknya, mereka tingal meringkus monyet-monyet yg tangannya terjebak di dalam botol tak bisa dikeluarkan.


Kok, bisa ?
Monyet-monyet itu tertarik pada aroma yg keluar dari setiap toples. Mereka mengamati lalu memasukkan tangan untuk mengambil kacang-kacang yg ada di dalam.
Tapi karena menggenggam kacang, monyet-monyet itu tidak bisa menarik keluar tangannya.

Selama mempertahankan kacang-kacang itu, selama itu pula mereka terjebak. Toples itu terlalu berat untuk diangkat.
Jadi, monyet-monyet itu tidak akan dapat pergi ke mana-mana!
Mungkin kita akan tertawa melihat tingkah bodoh monyet-monyet itu. Tapi, tanpa sadar sebenarnya kita mungkin sdg menertawakan diri sendiri.

Dalam kisah diatas, kalau kembali kepada pertanyaan bodoh saya, apa bedanya manusia dengan binatang,,, Ya, kadang kita bersikap seperti monyet-monyet itu.

Kita mengenggam erat setiap permasalahan yg kita miliki layaknya monyet mengenggam kacang. Kita selamat dimuka bumi ini seperti monyet yang tertangkap dalam kondisi tanpa cacat tersebut. Kita mungkin mulia dengan pangkat dan jabatan serta harta kita di dunia ini. Kita mungkin hebat dan dihormati orang dengan penghormatan palsu oleh manusia-manusia disekitar kita. Tapi kita tidak sadar bahwa kita sedang terperangkap dalam "perangkap monyet" yang menjebak kita dalam kehancuran diri, organisasi maupun lingkungan.

Kita sering menyimpan dendam, tak mudah memberi maaf, tak mudah mengampuni. Mulut mungkin berkata ikhlas, tapi bara amarah masih ada di dalam dada.
Kita tak pernah bisa melepasnya.?
Bahkan, kita bertindak begitu bodoh, membawa "toples-toples" itu ke mana pun kita pergi. Kita juga menyimpan kebanggaan semu, membanggakan sesuatu dengan alat ukur kita yang sebenarnya tidak dapat diterima orang lain.

Dgn beban berat itu, kita berusaha untuk terus berjalan. Tanpa sadar, kita sebenarya sdg terperangkap penyakit kepahitan yg parah.?

Sebenarnya monyet-monyet itu bisa selamat jika mau membuka genggaman tangannya & kita pun akan selamat dari sakit hati jika sebelum matahari terbenam kita mau melepas semua perasaan negatif terhadap siapapun. Kita juga akan selamat kalau kita coba buka genggaman tangan kita akan nafsu serakah mengejar harta, pangkat jabatan dan kehormatan palsu.

Selama ini setiap pribadi dan kelompok manusia mulai tidak bisa mengendalikan nafsu nya. Nafsu adalah salah satu naluri yang sama-sama dimiliki manusia dan juga binatang. Dengan nafsu ini jg kedua mahluk tersebut atas seijin Allah menjadi media untuk melakukan reproduksi.

Permasalahannya adalah ketika kita sebagai mahluk mulia tidak dapat mengendalikan nafsu. Oleh karena itulah kita dikaruniai akal budi pekerti dan nurani. Tugas keempat alat itu adalah mengendalikan hawa nafsu. Karena nafsu yang tidak terkendali akan menjadi alat perusak paling handal.

Bumi ini bukan milik kita. Bumi ini milik anak cucu kita. Bumi diciptakan oleh Allah SWT sebagai tempat fana dan sementara dan batu ujian kita. Oleh karena itu tidaklah mengherankan ketika Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada umatnya bahwa salah satu doa yang tidak terputus adalah doa anak yang soleh.

Mengapa doa anak yang soleh? Karena esensi dari ini semua adalah sebuah kewajiban bagi kita untuk selalu meneruskan ajaran-ajaran yang baik kepada anak-anak kita. Dengan ajaran yang baik inilah anak-anak kita dilatih untuk menjaga dan mengelola hawa nafsu (yang merusak) sehingga dapat melestarikan bumi bagi generasi penerusnya.

Salah satu hawa nafsu yang merusak adalah ketika kita menggengam dunia sebagai sesuatu yang kita kejar. Sebagaimana kisah unik yang ditemukan oleh peradaban afrika pedalaman tersebut, menggengam sesuatu tanpa pengendalian yang baik, maka pada akhirnya hanya menjerumuskan kita kepada bencana.

Jangan genggam keyakinan tanpa pengetahuan. Keyakinan tanpa pengetahuan adalah jalan menuju kehancuran. Kehancuran dan kesesatan adalah cita-cita setan yang sudah berjanji untuk mengajak sebagian daripada kita menjadi teman mereka di Neraka Jahanam sana.

Mari kita menggali pengetahuan sedalam mungkin. Tularkan terus pengetahuan kepada generasi penerus kita sebagai bekal mereka menjaga kelestarian bumi. Jangan ajarkan mereka keyakinan yang salah karena kebodohan kita...

Ditulis di Subway pagi ini dalam perjalan Rumah saya ke Kantor di New York



2 comments:

  1. anak isteri dirumah bior kelaparan yang penting bagi beruk/lontong dihutan tu kenyang makan tanaman satu kebun yang mana amat di perlukan oleh keluarga....kau tak kena boleh cakap..itu ini ..itu ini...bagi saya. makluk perosak baik manusia atau binatang kalau tak boleh di bena...kita binasakan...

    ReplyDelete
  2. anak isteri dirumah bior kelaparan yang penting bagi beruk/lontong dihutan tu kenyang makan tanaman satu kebun yang mana amat di perlukan oleh keluarga....kau tak kena boleh cakap..itu ini ..itu ini...bagi saya. makluk perosak baik manusia atau binatang kalau tak boleh di bena...kita binasakan...

    ReplyDelete