Tuesday, November 20, 2012

Ambil Kesempatan itu Atau Hilang




Setiap kali saya mengajar, entah itu di Lemdik Polri seperti Secapa, Pusdik Reskrim, JCLEC ataupun ketika saya diundang dalam kelas-kelas khusus oleh lembaga tertentu,, saya memulai kelas dengan mengambil selembar kertas polos kemudian menggunting-guntingnya menjadi beberapa bagian. Ada guntingan besar ada juga yang kecil. Tapi jumlahnya sengaja saya buat tak sama dengan jumlah peserta dalam kelas itu, dua puluh orang.

Kemudian saya meminta kepada peserta didik untuk mengambil masing-masing satu guntingan kertas yang tersedia di meja depan. "Silahkan ambil satu!" demikian instruksi yang saya berikan.

Dapat diduga, ada yang antusias maju dengan gerak cepat dan mengambil bagiannya, ada yang berjalan santai, ada juga yang meminta bantuan temannya untuk mengambilkan. Dua tiga orang bahkan terlihat bermalasan untuk mengambil, mereka berpikir toh semuanya kebagian guntingan kertas tersebut.

Hasilnya? Empat orang terakhir tak mendapatkan guntingan kertas. Delapan orang pertama ke depan mendapatkan guntingan besar-besar, yang berjalan santai dan yang meminta diambilkan harus rela mendapatkan yang kecil.

Lalu saya katakan kepada mereka, "inilah hidup. Anda ambil kesempatan yang tersedia atau Anda akan kehilangan kesempatan itu. Anda tak melakukannya, akan banyak orang lain yang melakukannya".

Sebagai bonus kepada yang mendapatkan guntingan kertas terbaik, biasanya saya berikan hadiah cindera mata, seperti gantungan kunci atau yang lainnya. Barangkali ada member forum ini juga yang pernah menjadi peserta didik saya di Megamendung yang mengalami peristiwa yang sama..

Satu pengalaman menarik di Subway di suatu pagi yang dingin di New York.. Di subway saya melihat seorang wanita hamil yang berdiri agak jauh. Saya sempat berpikir untuk segera memberinya kursi supaya dia dapat duduk. Namun karena saya agak jauh, makaorang yang paling dekat lah yang `wajib' memberinya tempat duduk dan saya lihat semua orang berlomba-lomba untuk memberi tempat duduk kepada wanita tersebut. Saat itu saya berfikir; ini perbuatan baik, jika saya tak mengambil kesempatan ini orang lainlah yang melakukannya. Dan belum tentu esok hari saya masih memiliki kesempatan seperti ini. Nyatanya memang saya tidak mendapatkan kesempatan itu.

Saya heran, banyak orang Indonesia menghujat bangsa Amerika sebagai bangsa yang tidak bermoral ataupun menganggap  negara lain sebagai kurang keimanannya. Banyak dari kita kerap menganggap bahwa bangsa kita lebih agamis daripada bangsa lain. Namun nyatanya, kalau kita naik kereta PJKA, atau naik busway,, apakah kita melihat hal yang sama di Indonesia? Katanya kebersihan itu sebagian dari iman,, namun nyatanya singapura jauh lebih bersih daripada negeri kita,, apakah bangsa Singapura lebih beriman daripada bangsa kita??

Kembali kepada soal kesempatan. Soal rezeki misalnya, saya percaya ia tak pernah datang sendiri menghampiri orang-orang yang lelap tertidur meski matahari sudah terik. "Bangun pagi, rezekinya dipatok ayam tuh!" Orang tua dulu sering berucap seperti itu. Dan entah kenapa hingga detik ini saya tak pernah bisa menyanggah ucapan orangtua perihal rezeki itu. Saya percaya bahwa orang-orang yang lebih cepat berupaya meraihnya lah yang memiliki kesempatan untuk mendapatkan rezeki yang lebih banyak. Sementara mereka yang bersantai-santai atau bahkan bermalas-malasan, terdapat kemungkinan kehabisan rezeki.

Contoh kecil, datanglah terlambat dikantor saya Markas Besar PBB sini. Mereka memang tidak mengurangi gaji saya, namun sesama rekan disini saling ”mengawasi” dan menjaga kredibilitas kantor. Mungkin mereka Cuma menyindir,, woww Krishna kamu kena macet di subway..??? tapi itu sungguh pedas dan pada akhir tahun akan berpengaruh kepada penilaian kinerja kita.

Saya sering mendengar teman saya berkomentar negatif tentang apa yang dikerjakan orang lain, "Ah, kalau cuma tulisan begini sih saya juga bisa melakukannya" atau "Saya bisa melakukan yang lebih baik dari orang itu". Kepadanya saya katakan, saya yakin Anda bisa melakukannya. Masalahnya, sejak tadi saya hanya melihat Anda terus berbicara dan tak melakukan apa pun. Sementara orang-orang di luar sana langsung berbuat tanpa perlu banyak bicara. Buktikan, jika Anda sanggup! Terus berbicara dan mengomentari hasil kerja orang lain tidak akan membuat Anda diakui keberadaannya. Hanya orang-orang yang berbuatlah yang diakui keberadaannya.

Kepada peserta di kelas pelatihan tersebut saya jelaskan, simulasi tadi juga berlaku untuk urusan ibadah. Saya tidak berhak mengatakan bahwa orang yang lebih tepat waktu akan mendapatkan pahala lebih besar, karena itu hak Allah dan juga tergantung dengan kualitas ibadahnya itu sendiri. Tapi bukankah ketika kita sebagi senior di Taruna dulu, sangat senang kalau kita minta yunior kita menghadap dan mereka menghadap dengan cepat tanpa ditunda? Begitu pula ketika kita jadi pimpinan, kita akan lebih senang ketika melihat anak buah kita sigap dan cepat melaksanakan pekerjaan dengan tuntas dibanding anak buah lain yang lebih banyak ber ina-ini-ita-iti-ita-itu tapi tidak mengerjakan pekerjaan dengan baik...

Hanya sebuah renungan..

New York, 19 November 2012

3 comments:

  1. Bayu Suseno SH SIK MM MHNovember 20, 2012 at 6:55 AM

    Terimakasih Bg... Sy sgt tertarik dgn tulisan ini Bg..kebetulan hobi sy jg mengajar... Ijin menggunakan teknik yg Şǻ♍ǻ utk mengawali kelas sy ya Bg.. Tulisan2 abg sgt menginspirasi sy...Smoga sukses sll buat abg di Amerika. Amiin yaa rabbal alamiin..

    ReplyDelete
  2. Sat Lantas Polres MagelangJanuary 17, 2013 at 10:32 AM

    Inspiratif....Komandan..

    ReplyDelete