Friday, May 10, 2013

Belajar Dari Cara NYPD dan UN Police dalam Melakukan perekruatan Personilnya



Untuk menjadi polisi di Amerika bukanlah hal sulit. Pekerjaan ini terbuka untuk siapapun dan pada usia batas maksimal yang tidak terlalu ketat. Latihan dasar menjadi polisi pun tidak terlalu banyak, yang penting setelah mereka lulus akan ada pelatihan spesialisasi menurut bidang pekerjaan yang akan dilaksanakan. 

Kira-kira ini beberapa pertanyaan mendasar yang ditanyakan terhadap mereka yang akan menjadi polisi di Amerika pada saat test wawancara..

1. Why do you want this job? Why police officer? What motivates you about law enforcement career?
2. What education or training have you undertake that makes you fit for this law enforcement position?
3. Did you have a volunteering experience? How did this experience prepare you to be a police officer?
4. Do you have any allergies or medical conditions that would hamper your job as a police officer?
5. What do you think is the role of the law enforcement department?
6. What is the most important aspect of being a police officer?
7. What are the key values of a police officer and how do you demonstrate these values?
8. What are conversation impressions other than words? How do you use these to communicate effectively with others?
9. What are the techniques that you use to clarify un-cleared messages meanings?
10. Have you ever take initiatives to solve problems that where beyond/above your responsibilities?
11. How frequently do you support others and get a support from others?
12. What is the importance of building relationships with colleges to your professional life?
13. How do you cope with stressful situations in general?
14. Describe a situation when you had to direct others.
15. What practices do you implement during conflict situations and are they successful?
16. Give an example of a mistake you made. What did you learn from that mistake?
17. Do you have an example of a situation when you have followed strict rules to complete a task?
18. Give me a situation of an efficient teamwork. Why did this situation require an efficient team work?
19. Give me an example of a situation when you helped someone.
20. Do you need to learn something new that is related to the police duties? What are your development needs?

Seorang yunior saya, AKP Wahyu Bram bertutur: 

Untung di Indonesia, ujiannya tdk seperti itu, mungkin kami tdk akan lulus klu saat daftar polisi, semua pertanyaan tsb ditanyakan kepada kami. Jadi ingat situasi di kelas gakkum saat PTIK, salah satu dosen kami, mr. Reza Indragiri, pernah bertanya:"siapa yg merasa bisa sukses di kepolisian?"
(Beberapa siswa angkat tangan.)

Kemudian, ditanyakan lagi: "dari nilai 1 s.d 10 saudara beri nilai berapa terkait kemungkinan anda bisa sukses di kepolisian?"

Beberapa siswa menjawab:
1. 9, karena banyak pengalaman
2. 8, karena yakin dengan kemampuannya
3. 9, karena terlatih dan terdidik dgn baik, dsb.

Kemudian, ybs menyampaikan bahwa pertanyaan yg sama pernah ditanyakan kepada anggota kepolisian di inggris di tahun 1960-an.

Dan jawabannya adalah sebagai berikut: "memiliki kemampuan berkomunikasi, ramah, murah senyum, suka menolong, pintar bercanda, memiliki selera humor yg baik, punya rasa kepedulian, punya rasa empati, simpatik dan bisa mengetik"

Maksud saya dan, pola pikir kita dgn bangsa luar sangat jauh berbeda, terlihat dr jawaban siswa yg satu kelas dgn saya yg merasa bisa sukses karena 'aku bisa .....' (ke-aku-annya tinggi sekali). Sedangkan polisi Inggris dr tahun 60-an sdh berpikir bahwa sukses hanya bisa diraih dengan cara memanusiakan manusia, dan memiliki kemampuan umum yg orang lain juga rata2 bisa melakukannya, bisa mengetik.

Back topik,
Pertanyaan2 tsb bukan pertanyaan standar dan, sangat jelas terlihat pertanyaan2 tersebut dirancang dengan konsep keilmuan yg baik dengan tujuan agar bisa menemukan sebuah sosok polisi yg sejati dr para pelamar. Dalam arti amrik menggunakan standar yg sangat tinggi sekali dalam memilih para polisinya.



Pola rekrutmen calon anggota Polisi di AS sangat berbeda dengan pola rekrutmen di Polri. Mungkin yg di AS bisa kita terapkan untuk para calon siswa PPSS, karena sudah Sarjana S1 ingin menjadi anggota Polri. Dengan masa pendidikan yang relatif cepat, mereka sudah bisa jadi Perwira Polri yang disejajarkan dengan lulusan Akpol yang dididik selama tiga atau empat tahun.

Yang jelas bahwa pendidikan yang kita alami di Akpol sangat berbeda, karena kita masih dianggap tidak tahu apa-apa. Kita memulainya dari nol. Oleh karena itu, kalaupun ada calon yang pernah berdinas sebagai anggota Polri atau TNI, dianggap tidak tahu apa-apa. Pertanyaan yang kita terima dalam test wawancara Mental Ideologi juga berkisar seleksi tentang latar belakang ideologi kita. Bukan mempertanyakan kemampuan kita tentang tugas kepolisian.

Sedikit saya mengutip tanggapa BJP Ronny F Sompie: Tulisan ini sangat bagus sekali untuk wawasan kita. Apakah kita pernah bertanya kepada anak buah yang baru saja mutasi ke kantor kita untuk berdinas bersama kita dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kemampuan yang bersangkutan, apa yang bisa diandalkan dari ybs, aspek apa yang terpenting untuk menjadi seorang Polisi, dsb dsb sebagaimana pertanyaan yang diberikan kepada calon Polisi di AS ? Mungkin saja, pertanyaan-pertanyaan seperti itu bisa kita tanyakan untuk memastikan anak buah tersebut bisa kita terima di kantor kita atau tidak. Atau untuk menentukan fungsi yang sesuai dengan kemampuan ybs.

Beberapa waktu yang lalu, saya menjadi penanggung jawab pelaksanaan seleksi pejabat "Policy Coordinator" di kantor saya. Sebagai gambaran saya bekerja di Seksi SPDS (Strategic Policy Development Section) yang didalamnya ada beberapa koordinator, seperti koordinator perencana, koordinator bidang Kebijakan, Gender, Kebijakan FPU, Strategic Guidance Framework dsb.

Kebetulan koordinator bidang Policy kosong dan lamaran kami kirimkan kepada seluruh negara anggota PBB. Para pelamar datang dari berbagai negara dengan jumlah total sebanyak 49 orang. Dari sejumlah itu, hanya 5 orang saja yang layak untuk maju ketahap berikutnya diwawancarai oleh panitia. Yang mencengangkan bahwa dari 49 pelamar, kebanyakan adalah orang-orang berpengalaman dalam dunia internasional termasuk bertahun-tahun tugas di misi PBB dan bahkan ada beberapa senior polisi dengan gelar PhD (doctor) tidak lolos masuk dalam seleksi berikutnya.

Mengapa banyak diantara mereka yang tidak lolos dalam seleksi berikutnya? Karena ada beberapa persyaratan yang tidak dapat dipenuhi oleh mereka, misalnya:
- Minimal bekerja 15 tahun di Kepolisian (ada beberapa negara tertentu yang sistem kepolisiannya berbeda dengan kita, dg 15 tahun bekerja mereka sudah berpangkat tinggi karena mereka adalah alumni Sarjana sebelum jadi polisi).
- Minimal 7 tahun berkecimpung dalam bidang tugas policy (kebijakan kepolisian)
- Minimal berpendidikan S2
- Minimal 3 tahun pernah bekerja pada organisasi internasional
- Punya kemampuan bahasa Inggris fasih dalam bicara maupun tulisan
- Punya kemampuan menulis dan pernah dipublikasikan

Cukup sulit memang mencari calon yang kita harapkan, namun akhirnya ada 5 calon yang lolos untuk diwawancara, dan kesemua dari mereka adalah mantan-mantan anggota Polisi PBB yang berdinas di berbagai kantor PBB diseluruh dunia.

Pada tahap wawancara, kami mendesain beberapa pertanyaan sederhana yang harus dijawab mereka, seperti:
- Pewawancara menanyakan mengapa mereka menginginkan jabatan tersebut, mengapa kami harus memilih mereka, pengetahuan dan pengalaman apa yang membuat mereka cocok dengan jabatan dan pekerjaan tersebut?

- Apa tantangan utama yang dihadapi oleh PBB dan Polisi PBB pada operasi misi perdamaian PBB? dan Bagaimana cara menghadapi tantangan tersebut?

- Apa pengalaman mereka selama ini baik ditingkat lokal regional maupun internasional

- Kami meminta mereka menyebutkan setidaknya 3 dokumen yang pernah mereka tuliskan berkaitan dengan konsep kebijakan dan pernah di publish selama ini, dan kami minta bukti untuk dikirimkan dokumen tersebut

- Bagaimana pandangan para calon tentang issue gender dalam konteks PBB dan lainnya?

- Kami menjelaskan bahwa pekerjaan yang akan dilaksanakan penuh tekanan, dan membutuhkan kemampuan manajerial yang matang. Mereka akan bekerja dalam lingkungan yang tidak nyaman setiap waktu bisa bergeser dengan cepat antar negara, deadline yang sangat tiba2, bekerja di kantor yang sangat sibuk, dsb.. 
Kemudian mereka ditanyakan bagaimana dan kapan mereka mengalami deadline? 
Mengapa bisa itu terjadi? 
Apa pertanggung jawaban yang bersangkutan? 
Apa yang dilakukan oleh ybs dalam rangka menyelesaikan masalah tersebut?

- Kami juga menanyakan kapan kondisi ketika para calon mengalami pekerjaan sebagai tim, dimana mereka pernah setuju atau tidak setuju dalam mengambil sebuah prioritas pekerjaan, bagaimana mereka menghadapi itu? mengapa bisa terjadi? dan bagaimana cara menyelesaikannya?

Kesemua pertanyaan diatas pada prinsipnya dilakukan dalam rangka untuk mengetahui sampai sejauh mana kemampuan dan pemahaman mereka terhadap bidang tugas yang akan digeluti termasuk kemampuan bahasa Inggris, kemampuan leadership, profesional, manajerial, teamwork dan penilaian lainnya..

Sayangnya dari 5 orang tersebut, hanya ada 1 orang yang benar-benar memuaskan kami dan kami rekomendasikan untuk menduduki jabatan tersebut... Padahal kelima calon itu semuanya mempunyai kemampuan kepolisian yang luar biasa..

Demikianlah kira-kira proses "lelang jabatan" yang dilakukan oleh PBB, tidak ada KKN, tidak ada unsur politis apalagi sotologi.. Bahkan yang satu kantor dengan saya saja tidak bisa kami loloskan karena kemampuan dia masih kalah dengan orang lain yang kami wawancarai dari negara New Zealand.

Hal ini juga kami sampaikan untuk menepis rumor-rumor yang mengatakan bahwa untuk bekerja di PBB harus ada pendekatan khusus atau karena ada faktor-faktor lain. Ini berarti bahwa kedepan Polri harus menyiapkan para calon yang akan menduduki jabatan strategis di misi PBB sejak jauh-jauh hari (saya sudah sharing isi rekaman wawancara dengan AKBP Tommy Aria Dwianto untuk dibawa ke Indonesia dan menjadi alat pembelajaran rekan-rekan di Indonesia)

Dalam kaitan dengan konteks Polri, sebenarnya proses "lelang jabatan" bisa kita lakukan dengan cara lokal.

Misalnya ketika ada musim mutasi Kapolsek di sebuah Polda, maka para polisi yang sudah waktunya promosi ataupun sudah waktunya diputar dimasukkan namanya dalam list calon kapolsek. Selanjutnya Polda bisa membuat panitia seleksi Polda yang melibatkan unsur Kapolres yang polseknya masuk dalam putaran.

Panitia mendesain beberapa persyaratan yang sederhana dan tidak menyulitkan anggota, misalnya:
1. Meminta para calon membuat surat lamaran dengan form yang telah ditentukan dan menuliskan beberapa pengalaman dan kemampuan serta latar belakang pendidikan yang dia miliki

2. Persyaratan administrasi dibuat, misalnya: stratifikasi kepangkatan, stratifikasi kemampuan dasar, berapa lama minimal dia di lemdik, berapa lama minimal dia di staf, berapa lama minimal dia di opsnal dsb

3. Membuat tulisan tentang apa "action plan" kalau dia jadi kapolsek (maksimal 5 halaman)

4. Melakukan wawancara dengan sampel pertanyaan yang didesain dengan pertimbangan matang sehingga bisa mengeksplore kemampuan yang bersangkutan.

5. Panitia pewawancara untuk tiap Polsek harus minimal 4 orang, dan tidak boleh ada conflict of interest karena unsur apapun..

Apa yang saya tuliskan diatas hanyalah sebuah usulan sederhana dan sebagai masukan saja. Pada saat saya menjabat Wakapolres Depok dengan arahan Kapolres KBP Firman Santa Budhi pernah melaksanakan proses demikian pada saat wanjak pemilihan Kapospol (saat itu kami mengembangkan pemekaran Pospol dari 13 Pospol dan berkembang menjadi 67 Pospol hanya dalam jangka waktu 6 bulan).

Menurut saya: Kalau saya Kapolres, pasti saya ingin punya anak buah yang baik, kalau saya Kapolda, pasti saya juga ingin punya anak buah para Dir, Kapolres dsb yang baik, dan ini hanya bisa didapat ketika kita melakukan fit and propper test terhadap orang-orang yang akan bekerja dengan kita. Dan bahkan Kapolri pun di fit and propper test oleh DPR RI, kenapa kita alergi dengan sistem ini??

Saya pernah ditanya oleh seseorang seperti ini: 
Bagaimana sih Polda menentukan seseorang layak untuk jabatan Kapolsek, Kasat, Kabag dsb??? Apa dasarnya? apakah sudah baku? siapa menjabat di polsek mana dan siapa menjabat di kasat mana? dsb... 

Belum lagi menentukan siapa yang tugas di Lantas, siapa di Serse, siapa di Samapta, siapa di Intel, siapa di Bimmas, siapa di Log siapa si Regident. 

Semuanya masih belum baku dan dalam banyak kesatuan semua terserah mau-maunya Kabagmin atau Kapolres saja..

Urusan SDM memang sangat pelik, karena apapun yang dilakukan oleh pimpinan belum tentu memuaskan semua pihak. Saya yakin Mabes Polri selama ini sudah memiliki mekanisme fit and propper test serta sistem assesment dalam rangka memilih pejabat-pejabat tertentu. Problemnya selalu saja ada ketidak puasan yang muncul disana sini. 

Saya berharap, sepanjang kita-kita memberikan masukan dengan obyektif dan demi kebaikan bersama, Insya Allah hal ini akan berdampak kepada kebaikan organisasi Polri, karena pada akhirnya; kita semua adalah para user dari SDM tersebut..

Ditulis dengan tambahan tanggapa dari AKP Wahyu Bram dan BJP Ronnye F Sompie

Salam hormat..