Saturday, January 5, 2013

CARA NYPD MENGAMANKAN TAHUN BARU DI NEW YORK





Saya sebenarnya sudah bisa membayangkan situasi Malam Tahun Baru di Jakarta kemarin. Mengutip Pemberitaan Harian Kompas hari ini yang mempublish tulisan Budiarto Sambazy dimana dia mengatakan "Terasa sekali kurangnya kehadiran aparat keamanan, terutama di tengah-tengah kerumunan yang kelewat berbahaya sampai sukar menggerakkan badan dan menyesakkan napas. Aparat keamanan kita mungkin masih awam dalam soal pengendalian massa berskala raksasa yang penuh ancaman." Lebih lanjut dia mengatakan bahw sebaiknya aparat keamanan lebih konsentrasi ke pengaturan lalu lintas manusia, baik yang menetap di tempat tertentu maupun yang lalu-lalang. Di beberapa titik terjadi kemacetan manusia yang cukup menyeramkan dan membahayakan nyawa.

Bisa dibayangkan, apa yang terjadi andaikan tiba-tiba muncul rasa panik di kerumunan padat tersebut? Tak urung banyak korban yang mungkin jatuh terinjak-injak lautan manusia. Ngeri menyaksikan mereka yang berteduh di jembatan-jembatan penyeberangan ataupun halte-halte bus transjakarta. Pertanyaannya, seberapa kuatkah struktur jembatan dan halte untuk menahan beban berat manusia yang amat berjubel? Masalahnya mana yang kita dahulukan, nunggu masyarakat patuh, atau kita desain sebuah pola pengamanan yang ideal sehingga memaksa masyarakat patuh? Mana ayam mana telor kita tidak bisa bedakan.Yang terpenting adalah; ini pengalaman pertama Jakarta melaksanakan pesta rakyat seperti ini. Pengalaman kedua kita bisa belajar bagaimana mendasain keamanan yang memperhatikan aspek keselamatan pengunjung dengan tidak meninggalkan efek kegembiraan rakyat.


Pada malam Tahun Baru di New York kemarin, saya mendapat kunjungan kehormatan dari BG Arief Wicaksono ke kediaman kami. Namun karena keingin tahuan saya yang besar akan perayaan Tahun Baru di New York, maka saya "terpaksa meninggalkan" beliau di rumah dan saya bersama keluarga berangkat menuju Times Square.Kami berangkat jam 8 malam dari rumah dengan memegang Ticket untuk bisa masuk ke lokasi Times Square. Ticket tersebut cukup mahal dan kami berharap bisa mendekat ke lokasi dimana perayaan tersebut dilaksanakan. Namun apa yang terjadi; lokasi perayaan sudah penuh, dan kami tertahan sejauh beberapa block (6 block kira2) dari lokasi utama. Meskipun kami pegang ticket, namun situasi tidak memungkinkan untuk maju lagi.Sebagai gambaran; Bahwa NYPD telah melokalisir lokasi sejak sehari sebelumnya. Mereka memasang pagar dalam perimeter sejauh 10 block kali 10 block. Terbayang berapa Luas arena yang mereka sterilkan. Selain itu NYPD juga memasang barikade akses masuk melalui beberapa lapis zone (zone dalam, zone tengah dan zone ketiga). Untuk memasuki setiap zone ada beberapa lapis polisi yang menjaga.


Pengunjung tidak diperbolehkan masuk ke jalan raya, karena itu disepanjang trotoar dipasang pagar sehingga konsentrasi pengunjung ada di trotoar dan jalan raya tetap steril bagi pergerakan mobil polisi, mobil ambulance dan mobil pemadam termasuk petugas keamanan dan pasukan berkuda.Ketika pengunjung makin penuh dan tidak memuat lagi pengunjung baru, maka pengunjung yang tidak bisa masuk terpaksa hanya menikmati keramaian dari kejauhan. 
Setelah acara puncak berlalu, barulah akses jalan dibuka untuk memudahkan pengunjung keluar lokasi, namun tetap melarang pengunjung tersisa masuk. Sebagai gambaran saya sengaja memposting beberapa foto. 
Disini terlihat bahwa di Indonesia, Polri kperlu berkoordinasi dengan PEMDA untuk menyiapkan perlengkapan pendukung seperti pagar konck down yang bisa dibongkar pasang sepanjang yang diperlukan dalam rangka merencanakan pengamanan acara pesta rakyat dikemudian hari.


Namun lebih daripada itu, apapun upaya pengamanan yang dilaksanakan oleh Polri tidak akan berhasil tanpa adanya kerjasama dari masyarakat yang patuh hukum... Jangan hanya mengkambing hitamkan satu pihak atas sesuatu, sebelum kita semua belajar untuk patuh hukum demi kebaikan bersama..


Demikian masukan singkat saya, semoga berguna..





7 comments:

  1. Bangga rasanya saya dapat mengetahui secara langsung bagaimana negara maju memanage sebuah kegiatan/acara rakyat secara profesional dan tentunya akan menjadi pelajaran berharga bagi saya dikemudian hari. Negara maju sangat memperhatikan kepentingan rakyat dengan tidak melupakan faktor safety sebagai hal yang paling utama.

    ReplyDelete
  2. Bagus bgt tulisannya, buat masukan para penyelenggara di Indonesia....bagi siapapun yg melakuakn suatu kegiatan harus diperhitungkan kemamanan bagi nyawa manusianya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Disini, nyawa adalah nomor satu, mereka rela membatalkan acara kalau keselamatan tidak terjamin,,

      Delete
  3. Om Kris.....coba deh disana cari org2 Indonesia yg pernah melakukan kegiatan di outdoor, jd bisa tanya2. Klw di virginia, yg saya tau, polisi yg menanganin seperti itu hrs byk hal, seperti kontruksi, ukuran2 kendaraan dll, jd singkatnya proposal yg diterima polisi itu hrs lengkap bgt, baik panj dan lebar arena dan jalan, kekuatan kontruksi panggung dll. Kayak ujian seorg arsitek dan sipil utk jd insinyur.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul mas, tak ada kegiatan tanpa assesment masalah keselamatan..

      Delete
  4. Incredible.....perencanaan pengamanan yang matang..semoga Kepolisian Indonesia dapat mengadopsi hal tersebut..

    ReplyDelete