Kembali cerita Bahaya
Persepsi
Kalau ada kejahatan belum terungkap.., maka yang akan disalahkan polisi,
korbanya di eksploitasi seakan2 tidak ada empati dari negara. Nah kebalikannya,
kalau ada kejahatan yang sudah terungkap dan si pelaku di proses di
kepolisian,, maka salah satu upaya dari pelaku adalah dengan mencari simpati,,
akibatnya,, akan disalah2kan si polisi, kok tega sama pelaku...
Jadi polisi itu gak akan memuaskan semua pihak, 50 persen orang yang
dilayaninya seneng aja udah bagus, tapi itu gak mungkin. Kenapa gak
mungkin...??
Begini ceritanya..
Siapa yang dilayani Polisi? Masyarakat?
Masyarakat terlalu luas,,
pertanyaan berikutnya masyarakat yang mana???
Masyarakat yang dijalan? nggak juga tukh.. Tanya saja sama masyarakat yang
dijalan dan sedang lancar,, maka limabelas dari sepuluh orang yang ditanya
bakalan bilang,, gak butuh dan gak merasa dilayanin polisi..
Trus masyarakat yang dijalan yang mana dong? Oh iya masyarakat dijalan yang
kena macet,, yang kena copet, yang sedang melanggar lalulintas dan lain-lain...
itu baru yang dijalan, bagaimana dengan yang korban kejahatan??
Semua yang dihadapi oleh oleh polisi itu kebanyakan orang bermasalah,,.. Gak
percaya? emangnya ada orang yang lagi seneng dapat lotere trus cari polisi?
emangnya ada orang yang habis gajian dan dapat bonus cari polisi? emangnya ada
orang yang habis dapat kerjaan cari polisi? emangnya ada orang yang rumah
tangganya lagi baik2 cari polisi?
Apa yang saya uraikan diatas adalah sebuah kebenaran. Artinya semua yang datang
dan diurus oleh Polisi itu kebanyakan adalah orang yang bermasalah.seperti
orang habis ditipu, diPHK, dicuri uangnya, rumah tangga yang ribut, anak yang
hilang, dan lain-lainya.
Ketika kita sedang bermasalah, misalnya sedang sakit karena barusaja
kecelakaan, maka kita akan merasa menjadi orang paling menderita sedunia. Dan
sedihnya ketika kita di rumah sakit, sang dokter, sang perawat yang melayani
sudah ratusan kali menghadapi orang-orang seperti kita dan mungkin menganggap
penyakit kita biasa saja. Apalagi banyak pasien-pasien lain yang harus mereka
layani dan kebanyakan mungkin lebih parah penyakitnya dari kita.
Itu baru dari satu sisi, coba kita lihat sisi yang lainnya..
Orang yang jadi korban (sudah pasti sedang bermasalah) datang ke kantor
polisi,, melaporkan masalahnya dan menganggap pihak lain yang membuat mereka
"menderita' membuat mereka "bermasalah" adalah pihak yang harus
bertanggung jawab atas segala masalah mereka. Si "para korban" ini,,
kemudian menceritakan masalahnya,, menunjukkan bukti2nya,, menunjukkan
saksi2nya dan meminta polisi melakukan "suatu tindakan" terhadap para
orang yang mereka adukan...
Demikian pula dengan orang yang datang ke Polisi tadi. Semuanya menganggap
bahwa mereka membutuhkan pelayanan segera. Masalahnya menjadi agak komplikasi
ketika, berbagai urusan yang dihadapi oleh polisi banyak sekali dan saling
tumpuk menumpuk. Akibatnya mungkin saja si pelanggan tersebut kurang terlayani
dengan baik, dan akibat lanjutanya bisa diduga,,,Kecewa...
Nah cerita berikutnya si Polisi ini mulai deh "melakukan tindakan"...
Tindakan apa???? tentunya haruslah tindakan "sesuai hukum yang
berlaku"
Nah itu dia problemnya,, acapkali tindakan sesuai hukum yang berlaku ini kurang
memuaskan banyak pihak,,,
Kalau ternyata si Terlapor gak salah,, maka si pelapor dongkol,, marah,, kecewa,,
merasa gak diperlakukan adil,,
Kalau si korban ternyata benar dan pelaku di proses, gantian berikutnya pelaku
yang dongkol,, marah,, kecewa,, curhat sana sini,, ngambek,, ngamuk,, gak
terima...
Dalam hal ini,, posisi polisi sangat dilematis bukan.. Hukum yang semestinya
tidak akan pernah memuaskan semua orang.. selalu ada hitam-putih,, selalu ada
menang-kalah...
Padahal kalau dipikir-pikir,, Polisi itu tugas nya memproses berbagai masalah
yang terjadi dimasyarakat, mengurusi masalah si A sama B,, lah kok polisinya
jadi bermasalah sekarang???
Kalau semuanya disenangkan,, hukumnya ambrol...
Pekerjaan polisi sampai kapanpun tidak akan bisa memuaskan semua orang,, karena
polisi memang bukan alat pemuas..
Cobalah tengok jalan raya kita yang semrawut,,. Kata orang Jepang sana,,, Salah
satu kunci tertib berlalu lintas adalah penegakan hukum lalulintas yang tegas,
selain social engginering,, rekayasa lalulintas dan lain-lain. Tapi kalau
polisi nya benar-benar tegas, semua yang melanggar ditilang, semuanya gak pakai
kecuali... kira2 yang ditilang pada dongkol gak ya...???
Nah orang2 yang pernah kecewa sama polisi inilah yang dikemudian hari menjadi
bibit penyebar cerita seteorotip tentang polisi spt ini dan seperti itu..
Padahal,, seteorotip, labelling dan opini sangat berperan bagi polisi dalam
bisnisnya melayani masyarakat.. Bagaimana tidak??? wong polisi itu khan
bisnisnya adalah BISNIS KEPERCAAYAAN. Kalau udah gak dipercaya, bagaimana bisa
melaksanakan tugasnya dengan baik??
No comments:
Post a Comment