Oleh Oleh Dari Jepang..
Semangat Quick Response Dalam Pelayanan
Seiring dengan
meningkatnya perhatian terhadap pelanggaran/ tindak pidana khususnya di
negara Jepang, menuntut adanya suatu pelayanan yang maximal untuk menjawab
kebutuhan masyarakat dalam menangani setiap tindak pidana yang
terjadi dimasyarakat.
Pada saat ini
kepolisian diJepang menggunakan strategi dengan bekerja sama dengan
masyarakat guna mencari cara yang paling efektif untuk menjawab kebutuhan
masyarakat. Salah satu strategi menjawab setiap pengaduan masyarakat adalah
dengan cara membangun semangat quick
response kepada setiap
anggota kepolisian dalam pelayanan kepada masyarakat di Jepang yaitu
dengan menggunakan Comunication
Command Center (Pusat
Pengendalian Operasional) merupakan bagian dari Community Police sebagai pusat pengendalian dan
komunikasi yang ada di Polres
dan Polda, sebagai sarana untuk mempercepat waktu
kehadiran petugas polisi mendatangi
dalam menangani laporan masyarakat (Quick Response Time).
Kecepatan
merespon laporan masyarakat merupakan salah satu upaya untuk dapat
mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
polisi.
Fungsi utama
dari Comunication Command
Center ini adalah
menerima laporan dan pengaduan melalui telepon 110 dari masyarakat dan secepat
mungkin merespon serta menindaklanjutinya dengan cara meneruskan laporan
tersebut, baik kepada Police
Station maupun langsung ke koban, Chuzaiso, petugas
patroli dan mobil patroli (Patrol car) yang terdekat dengan TKP untuk
segera mendatangi TKP.
Dengan sistem
kerja itu, dapat dikatakan bahwa Communication
Command Center ini merupakan
jembatan penghubung antara masyarakat dan Polisi. Dalam menjawab setiap
laporan/pengaduan masyarakat guna menciptakan keamanan di Jepang.
Belajar dari
semangat quick response
dengan menggunakan communication
command center ini di
kepolisan Jepang diharapkan sistem in juga dapat diterapkan di Indonesia
dalam membangun semangat quick
response di setiap anggata
kepolisan di Indonesia dimana setiap anggota kepolisian dituntut untuk bersikap
reaktif dan proaktif terhadap setiap pengaduan dan laporan dari masyarakat
untuksegera datang ke TKP guna melakukan Pengamanan TKP dan olah TKP dalam
rangka menjawab permasalahan yang terjadi dimasyarakat.
Penggunaan Teknologi Dalam Setiap Kegiatan
Kepolisian
Teknologi kepolisian yaitu alat yang
diciptakan untuk membantu pelaksanaan tugas kepolisian dalam memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat secara efektif dan efisien. Teknologi
kepolisian dapat dikategorikan dalam dua dimensi yaitu teknologi sederhana dan
teknologi modern. Teknologi sederhana yaitu seperangkat peralatan yang tidak
menggunakan mesin atau peralatan yang rumit dan dapat dioperasionalkan secara
mudah (tidak memerlukan keahlian khusus) oleh setiap petugas. Sedangkan
teknologi modern, menggunakan serangkaian peralatan yang cukup komplek/ rumit
dan dalam mengoperasionalkan memerlukan keahliah khusus yang didapat melalui
pendidikan atau pelatihan secara spesifik.
Penggunaan teknologi dalam
pelaksanaan tugas kepolisian, tidak harus teknologi modern karena yang lebih
esensi yaitu teknologi tepat
guna. Artinya walaupun teknologi
sederhana yang digunakan,
tetapi sangat tepat dan bermanfaat untuk polisi dalam melaksanakan tugasnya.
Namun di sisi lain untuk penanganan masalah yang cukup luas dan kompleks, juga
tidak boleh mengabaikan penggunaan teknologi
modern seperti penggunaan
teknologi pada labotarorium forensik, untuk mendeteksi keberadaan orang yang
masih hidup ketika tertimpa bangunan pada saat terjadi gempa (live detection camera),
pemantau situasi lalu lintas Traffic
Control Center (TCC) danCCC
Teknologi sederhana, biasa digunakan
sebagai kelengkapan perorangan berupa: meteran, radio komunikasi 110,
gas air mata, revolver, HT, tongkat polisi, pulpen dan buku catatan. Untuk kelengkapan kantor yaitu:
sepeda, lampu senter, komputer, CCTV, alat untuk parkir illegal, rompi anti
peluru, rompi anti senjata tajam, alat berupa besi baja ‘seperti huruf Y’
(dinamakan: Satsumata),
TKP Kit (berisi kit untuk sidik jari tangan dan kaki/sepatu), alat untuk
mengetahui kadar alkohol yang diminum pengendara mobil, bendera stop-an dan tameng polisi.
Di Jepang, sepeda yang dimiliki Koban
sangat besar manfaatnya untuk melaksanakan tugas patroli dan kunjungan
rutin ke rumah-rumah penduduk (Junkai
renraku), tilang parkir illegal, razia sepeda yang dicurigai dan mendatangi
TKP. Untuk patroli pada malam hari, setiap anggota wajib menggunakan tameng anti senjata
tajam atau anti peluru yang digunakan di dalam jaket. Demikian juga dengan
penggunaan Satsumata yang panjangnya kurang lebih 2 meter
(dan dapat di lipat untuk menghalau / menghadapi orang yang sedang mabok
atau sedang menggunakan senjata tajam).
Teknologi modern digunakan oleh tim identifikasi
investigasi kriminal, dan investigasi lalu lintas. Alat untuk sidik jari dengan
12 karakter menggunakan AFIS/automated
fingerprint identification system, menganalisis DNA menggunakan Genetic analyser yang memungkinkan memisahkan fragmen
DNA dengan kecepatan dan resolusi tinggi. Khusus untuk pengendalian lalu lintas
menggunakan CCTV dengan VICS (vehicle
information and communication system)
Beberapa hal yang perlu dicermati
dalam penggunaan teknologi dalam kegiatan perpolisian, yaitu :
- Penggunaan teknologi tidak
harus selalu modern. Walaupun sederhana apabila digunakan secara tepat, akan
memberikan manfaat yang sangat besar dalam memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat.
- Penggunaan teknologi modern,
dimanfaatkan untuk kegiatan yang lebih komplek dan memerlukan kecermatan dalam
memecahkan masalah seperti : Penyelidikan dan penyidikan oleh tim investigasi
kriminal dan lalu lintas untuk membuat terangnya suatu perkara dan Memonitor terjadinya kemacetan dan
kecelakaan lalu lintas dengan sistem pengendalian lalu lintas secara terpadu.
Namun demikian, yang merupakan key activity pelaksanaan tugas polisi di Jepang
yaitu respon yang sangat cepatdari setiap
petugas terhadap semua laporan masyarakat (masalah pidana atau bukan pidana).
Semua teknologi yang tersedia tidak dapat bermafaat secara optimal apabila
tidak ada motivasi yang kuat dari
petugas untuk memecahkan masalah secara optimal. Hal tersebut memerlukan
tingkat kesadaran yang cukup baik (mau dan mampu) untuk
mengoperasionalkan semua peralatan dengan teknologi tepat guna.
No comments:
Post a Comment