Polisiphobia..
Apa itu polisiphobia?
Judul diatas, merupakan kaitan dua
kata yaitu polisi dan phobia. Mungkin belum pernah ada yang mengangkat tema
diatas, namun bila dicermati kondisi saat ini dan ditarik ke kondisi yang lalu,
maka akan terlihat berbagai situasi yang menggambarkan ketakutan yang
berlebihan terhadap polisi, baik sebagai organisasi, fungsi maupun hal ikhwal
lainnya. Dampaknya, segala sesuatu yang berkaitan dengan orang berseragam
polisi akan dibenci, sebagai bentuk ”perlawanan hati” mereka atas ketakutan
ketakutan yang berlebihan terhadap ”polisi”.
Hal ini bila dibiarkan
terkondisikan tanpa sebuah upaya perbaikan dari internal maupun eksternal,
polisi dalam bentuk apapun (individu maupun institusi) akan menjadi sasaran
kebencian yang pada akhirnya berdampak pada melemahnya kemampuan negara dalam
melaksanakan penegakkan hukum dan pembinaan kamtibmas ditengah-tengah
masyarakat.
Jika kita renungkan, akan jelas bahwa kebencian kepada Polisi diakibatkan oleh berbagai alasan eksternal, namun secara internal, juga disebabkan karena virus penyakit yang diidap oleh kita sendiri. Virus Penyakit itu namanya ”hedonisme”, atau terlalu cinta kepada dunia.
Fenomena yang lalu mengkooptasi cara berfikir dari sebagian besar dari kita-kita untuk menjadikan yang kuat adalah pemenang. Sebagian dari Rakyat mempunya pemikiran bahwa Polri lebih melayani orang kuat,melayani orang lemah. Bila dicermati, gejala ini sudah terjadi di berbagai sisi dan wilayah.
Jika kita renungkan, akan jelas bahwa kebencian kepada Polisi diakibatkan oleh berbagai alasan eksternal, namun secara internal, juga disebabkan karena virus penyakit yang diidap oleh kita sendiri. Virus Penyakit itu namanya ”hedonisme”, atau terlalu cinta kepada dunia.
Fenomena yang lalu mengkooptasi cara berfikir dari sebagian besar dari kita-kita untuk menjadikan yang kuat adalah pemenang. Sebagian dari Rakyat mempunya pemikiran bahwa Polri lebih melayani orang kuat,melayani orang lemah. Bila dicermati, gejala ini sudah terjadi di berbagai sisi dan wilayah.
Akibat dari akumulasi ini semua, Anggota
Polri seolah dijadikan sasaran kekesalan dan kebencian, apapun tindakan Polri dianggap sebagai kesalahan dan tidak ada benarnya. Alasannya sederhana: tindakan
Polri dianggap tidak memenuhi rasa keadilan, karena polisi dianggap lebih memihak
pihak penguasa ataupun kepentingan orang-orang tertentu saja (kalau bahasa para anggota DPR di
ILC; kita dianggap ”brengsek”). Pada akhirnya upaya mendelegitimasi kewenangan
Polri dianggap sebagai cara paling mudah untuk memperbaiki carut marut kekurangan
bangsa ini, karena Polisi dianggap sebagai bagian dari masalah itu sendiri bukan
bagian dari solusi.
Rasa-rasanya kita sudah berbuat banyak, namun mengapa situasi seperti ini masih terjadi?
Kasus merengseknya KPK menyasar
petinggi Polri merupakan salah satu bukti betapa ada pemikiran kebencian yang di
”eksekusi” dalam kegiatan penegakkan hukum. Disisi lain, bagaimana dengan
mereka yang tidak bisa melawan? Bila kita cermati, terlihat bahwa letupan-letupan
kecil yang muncul dibeberapa tempat termasuk goresan tulisan tak bernama dalam
berbagai komentar di jejaring sosial adalah sebagai bagian dari bentuk perlawanan
mereka. Namun, bila kita tidak waspada, akan banyak perlawanan-perlawanan lain
yang lebih besar dan bila dibiarkan bisa meruntuhkan kepercayaan diri para
anggota Polri di lapangan.
Bagiamanapun, perlawanan terhadap
tindakan kepolisian akan selalu ada. Yang Polri butuhkan hanyalah bagaimana
berjalan dalam rel yang benar. Kalaupun banyak jalan yang lain harus dilalui
selain rel, maka rambu-rambu diciptakan untuk di taati, bukan untuk disiasati.
Kata yang pantas untuk seluruh anggota Polri semua adalah; jangan ada lagi istilah dan kamus ”menyerah”
bagi siapa saja yang mengaku sebagai anggota Polri untuk melaksanakan kegiatan
pengayoman, pelayanan dan perlindungan kepada siapapun.
Namun sebelum kita melangkah
keluar, ada baiknya Polri juga berfikir kedalam. Kita tidak boleh sekedar
berharap orang lain memikirkan kita, kalau kita ternyata tidak melakukannya
kedalam terlebih dahulu. Harapan anggota dilapangan ternyata tidak muluk-muluk.
Mereka ternyata sangat merindukan juga untuk mendapatkan pelayanan,
perlindungan dan pengayoman dari internal organisasi. Untuk itu, saya mengajak
diri saya sendiri dan rekan-rekan lainnya, untuk marilah kita memberikan pelayanan,
perlindungan dan pengayoman terbaik kita kepada anggota-anggota kita ataupun
siapapun mereka, sebelum kita mengharapkan mereka melakukan hal yang sama ke
masyarakat secara baik.
Pada akhirnya kita berharap tidak ada
anggota-anggota Polri yang ikut membenci polisi juga karena mereka tidak merasa
terlindungi, terayomi dan terlayani dengan baik oleh kita. Siapapun kita
marilah kita saling menjaga satu sama lain dengan baik...
Ilmu adalah cara terbaik untuk
melakukan sesuatu, perbuatan tanpa ilmu akan sesat..
.
Salam hormat,,,
No comments:
Post a Comment