Kejahatan di dalam
Kamp
Para pengungsi tidak semuanya penduduk sipil biasa.
Banyak diantara mereka adalah para pejuang kemerdekaan yang pemerintah sebut
sebagai Rebel Movement atau gerakan pemberontak dalam bahasa kita. Itu terbukti
dengan adanya beberapa kasus yang menggunakan senjata api baik penodongan
sampai kasus pembunuhan yang terjadi di dalam kamp sendiri. Kasus pembakaran
dan pencurian baik barang maupun binatang adalah hal yang biasa terjadi.
Fire wood
Fire Wood atau Kayu Bakar adalah sebuah nama kegiatan dari ibu ibu dan para
remaja putri di kamp pengungsian Kalma untuk mencari kayu bakar di hutan.
Kegiatan ini dilakukan setiap hari senen dan kamis. Disamping kayu bakar
dilakukan juga pengumpulan rumput kering untuk bahan makanan ternak.
Menariknya
adalah kegiatan ini dilaksanakan dengan pengawalan penuh baik dari FPU
Bangladesh maupun militer Nigeria dengan bersenjata lengkap dan kendaraan APC.
Ini dilakukan karena pada saat kegiatan fire wood sering sekali terjadi
penculikan dan pemerkosaan terhadap para
wanita tersebut oleh kelompok bersenjata, Arab Nomad.
Antrean Air
Air
adalah kebutuhan pokok manusia dimana saja. Sehingga ketersediaan akan air
layak pakai sangat mutlak dan kadang itu merupakan suatu masalah, apalagi di
daerah padang pasir seperti Darfur
dan ditambah lagi di daerah pengungsian. Setiap hari para ibu-ibu dan
anak anak mengantre untuk mencari air. Mereka membawa giregan dan memompa dari
sumur buatan organisasi-organisasi
kemanusiaan yang airnya memang sangat sedikit.
Mereka harus berjam jam menunggu giliran memompa
air untuk mendapatkan setetes air sekedar untuk keperluan memasak dan minum.
Sedangkan untuk mandi dan mencuci kayaknya hanya mengandalkan musim hujan
datang tidak tentu.
Memasak
Lihatlah anak anak yang memasak. Mereka menumbuk
sorgum atau millet, sejenis jagung makanan pokok mereka. Membelah kayu bakar
yang dikumpulkan ibu ibu mereka dari hutan, memasak makanan. Sendiri. Makanan
itu dihidangkan ke semua anggota keluarga. Laki laki makan dengan laki laki
perempuan makan dengan perempuan tidak boleh campur.
Harvest
Patrol
Setelah musim hujan berakhir, dan para petani mulai
memanen hasil kebun mereka termasuk para pengunsi yang menanam beberapa jenis
tanaman perkebunan di tanah kosong sebelah
kamp mereka. Kacang tanah, millet dan sorgum itu yang biasa mereka taman
sekedar untuk makan mereka sekeluarga disamping dapat bantuan bahan makanan dari
WFP, World Food Program.
Masalah yang timbul adalah para Arab Nomad yang
tinggal dihutan turun ke perkebunan mereka dan membawa ratusan bahkan ribuan
ternak seperti unta, sapi, kambing dan domba. Setiap hari mereka merusak
tanaman yang siap panen. Para pengungsi tidak berani menghalau karena semua
arab nomad itu memiliki senjata api. AK 47. Dan mereka tidak segan segan untuk
membunuh jika ada para pengungsi yang melarang mereka.
Untuk itulah jadi kerjaan tambahan bagi para polisi
dan militer di UNAMID untuk mengawal para pengungsi melakukan panen. Harvest
patrol atau patroli dengan tujuan mengamanan orang yang sedang melakukan panen.
Anak
anak di pengungsian
Mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, yang
mereka tahu adalah beberapa tahun yang lalu mereka harus pindah dari perkampungan
mereka untuk mengikuti orang tua. Lihatlah betapa gembiranya mereka sebenarnya.
Wajah polos tak berdosa. Mereka bermain, bercanda seperti anak-anak biasa. Hanya
mainan mereka tidak seperti anak-anak kita di Indonesia. Mereka main
lumpur, naik kereta keledai dan lalat selalu mengikuti kemana mereka
pergi. Hitam, kotor dan bau itulah
keadaan mereka saat ini. Satu hal lagi, setiap ada mobil yang datang, mereka
selalu berlari dan mengejar mobil tersebut dan mengacungkan jempol serta bilang
‘Oke Oke Oke’. Aku yakin mereka tidak tahu artinya Oke dan jempol keatas.
Restauran
Pada momen momen tertentu karena kecapean dan tidak
ada waktu untuk masak, kami sempatkan makan direstoran paling laris di kota
nyala dimana makanannya sangat terkenal enaknya. Restoran lesehan ala Darur.
No comments:
Post a Comment