Selamat pagi Indonesia
Seberapa pentingkah tekhnologi
terapan bagi Kepolisian?
Sejak berkuasanya restorasi Meiji
(pada tahun 1868-1912), Jepang memasuki jaman
keemasan terutama di bidang teknologi. dimulai dari teknologi otomotif, manufacture, informasi,
telekomukasi termasuk teknologi terapan untuk kepolisian. Yang dimaksud
teknologi kepolisian yaitu alat yang diciptakan untuk membantu pelaksanaan
tugas kepolisian dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat secara
efektif dan efisien. Walaupun mungkin teknologi sederhana yang digunakan,
tetapi sangat bermanfaat untuk polisi dalam melaksanakan tugasnya. Namun di
sisi lain untuk penanganan masalah yang cukup luas dan kompleks, juga tidak
mengabaikan penggunaan teknologi moderen seperti penggunaan teknologi untuk labotarorium
forensik, alat untuk mendeteksi keberadaan orang yang masih hidup ketika
tertimpa bangunan pada saat terjadi gempa (live
detection camera), alat pemantau situasi lalu lintas Traffic Control Center (TCC) dan CCC yang dikenal dengan
110.
Teknologi sederhana, biasa digunakan
oleh ”3 serangkai” yang berperan sebagai Superman yaitu Koban, Chuzaishodan Patoka (patroli mobil). Apabila dicermati,
Koban dan Chuzaisho merupakan pusat pelaksana kegiatan kepolisian paling depan
dalam sistem kepolisian Jepang, yang jumlahnya mencapai 14.000 unit di 47
prefektur. Kelengkapan yang
dimiliki seragam dan merupakan standar pokok (kelengkapan perorangan dan
kelengkapan kantor). Untuk kelengkapan perorangan berupa : meteran, radio
komunikasi 110, gas air mata, revolver, HT, tongkat polisi, pulpen dan buku
catatan yang pada saat lepas dinas diserah terimakan kepada petugas yang
mengganti. Untuk kelengkapan kantor yaitu
: Sepeda, lampu senter, komputer, CCTV, alat untuk parkir illegal, rompi anti
peluru, rompi anti senjata tajam, alat berupa besi baja ‘seperti huruf Y’
(dinamakan : Satsumata),
TKP Kit (berisi kit untuk sidik jari tangan dan kaki/sepatu), alat untuk
mengetahui kadar alkohol yang diminum pengendara mobil, bendera stop-an dan tameng polisi.
Sepeda yang dimiliki Koban sangat
besar manfaatnya untuk melaksanakan tugas patroli dan kunjungan rutin ke rumah-rumah
penduduk (Junkai renraku),
tilang parkir illegal, razia sepeda yang dicurigai dan mendatangi TKP. Untuk
melaksanakan patroli malam, setiap anggota wajib menggunakan tameng anti senjata
tajam atau anti peluru yang digunakan di dalam jaket. Pemanfaatan tameng anti
senjata tajam, sangat mungkin karena tidak sedikit anggota polisi meninggal karena
ditusuk senjata tajam oleh penjahat. Demikian juga dengan penggunaan Satsumata
yang panjangnya kurang lebih 2 meter (dan dapat di lipat untuk menghalau/menghadapi orang yang
sedang mabok atau sedang menggunakan senjata tajam.
Mobil Patoka dilengkapi dengan alat
yang hampir sama dengan yang dimiliki Koban yaitu rompi anti peluru, rompi anti
senjata tajam, alat berupa besi ‘seperti huruf Y’ (Satsumata), TKP Kit (berisi
kit sidik jari tangan dan kaki), alat untuk mengetahui kadar alkohol yang
diminum seseorang, bendera stop-an
dan tameng. Posisi patoka
selalu diketahui oleh petugas CCC yang ada di POLRES atau di POLDA melalui
GPOLRES. Selain melaksanakan tugas paroli, Patoka juga melaksanakan tugas yang
diperintahkan dari CCC yang ada di POLRES maupun POLDA.
Teknologi modern digunakan oleh tim
identifikasi investigasi kriminal, dan investigasi lalu lintas. Identifikasi
kriminal memiliki alat untuk sidik jari dengan 12 karakter dan sistem
identifikasi sidik jari otomatis (AFIS/automated
fingerprint identification system), alat untuk menganalisis DNA dengan
menggunakan Genetic analyser yang memungkinkan memisahkan fragmen
DNA dengan kecepatan dan resolusi tinggi. Khusus untuk pengendalian lalu
lintas, di setiap POLRES dilengkapi dengan pusat pengendalian arus lalu lintas
dengan menggunakan alat CCTV dengan sistem VICS(vehicle information and
communication system) di
hampir setiap persimpangan jalan raya. Dari
layar monitor dapat diketahui apabila terjadi kemacetan di suatu persimpangan.
Di Board juga secara otomatis terdata 10 ranking kemacetan pada saat itu. Dan
pada saat terjadi kemacetan, polisi bisa mengatur pengendalian lampu lalu
lintas dari ruang pengendalian lalu lintas.
Untuk investigasi/penyidikan kecelakaan
lalu lintas, nampaknya cukup unik, karena pada saat petugas di TKP, dikumpulkan
ribuan kepingan kecil dari mobil yang tabrakan. Kepingan dapat
berupa : cat, kaca, pakaian korban yang menempel di mobil dan lain-lain yang
selanjutnya dianev di kantor dengan teknologi moderen. Untuk CCC atau 110(communications
command center), menggunakan
teknologi moderen dengan biaya yang sangat mahal untuk melayani laporan
masyarakat (yang dalam satu setahun mencapai 9,5 juta laporan atau setiap 3,3
detik ada 1 (satu) kali telpon masuk dari masyarakat). Teknologi moderen juga
termasuk penggunaan hellicopter sebanyak 80 unit, 200 unit kapal motor oleh
kepolisian perairan, computer
system pembaca plat nomor
otomatis di jalan, penggunakan memori otomatis kecelakaan lalu lintas (traffic accidents auto memory
system).
Dari beberapa kegiatan kepolisian
dengan menggunakan teknologi, dapat disimpulkan dalam 4 hal :
1) Koban, Chuzaiso dan Patoka sebagai
pelaksana tugas kepolisian terdepan, dilengkapi dengan teknologi kepolisian
walaupun sederhana tetapi sangat efektif dan efisien.
2) Penggunaan teknologi moderen,
dimanfaatkan untuk kegiatan :
a) penyelidikan dan penyidikan yang
dilakukan oleh tim investigasi kriminal dan lalu lintas untuk membuat terangnya suatu perkara.
b) memonitor terjadinya kemacetan lalu
lintas, telah di pasang CCTV di ribuan persimpangan jalan dan dimonitor di
ruang pengendalian lalu lintas menggunakan sistem VICS.
c) Mengantisipasi kejahatan, telah
dipasang CCTV dan instalasi sistem pemanggilan darurat di jalan untuk laporan
langsung ke 110.
Namun demikian, yang merupakan key activity pelaksanaan tugas polisi di Jepang
yaitu respon yang sangat cepatdari
setiap petugas terhadap semua laporan masyarakat (masalah pidana atau bukan
pidana). Semua teknologi yang tersedia tidak dapat bermanfaat secara optimal
apabila tidak ada motivasi yang kuat dari
setiap petugas untuk memecahkan masalah secara optimal. Hal tersebut memerlukan
tingkat kesadaran yang cukup tinggi (mau dan mampu) untuk mengoperasionalkan
semua peralatan dengan teknologi tepat guna, karena teknologi hanya merupakan
alat bantu pelaksanaan tugas kepolisian.
Ditulis dari hasil pengalaman
melaksanakan pelatihan di Jepang pada tahun 2006 yang lalu.
No comments:
Post a Comment