Salah satu hal yang selalu ditanyakan oleh keluaraga dan beberapa teman saat saya disini di bulan ramdhan ini adalah “Eh…Lebaran mudik gak?”.
Pertanyaannya sebenarnya biasa saja,
dan selama saya jadi Polisi dinas di kewilayahan hampir tidak pernah merasakan
nikmatnya mudik. Kecuali saat saya berdinas di AKPOL dan SECAPA, baru saya
bisa merasakan mudik. Dan saya yakin hal yang sama juga dirasakan oleh
rekan-rekan ditanah air sana. Nah kebetulan saya berdinas di Markas Besar PBB
sini, Alhamdulillah sudah 2x saya tidak pulang ke Indonesia dan ini sama dengan
pada saat saya berdinas di Sudan beberapa waktu yang lalu. Yang membedakan saat
ini adalah istri dan anak2 saya menemani saya jauh diperantauan sini..
Berkaitan dengan
pertanyaan mudik tersebut, hari ini saya tiba-tiba bertanya pada diri saya
“Mudik artinya kan pulang kampung, di sadap dari bahasa mana yang kata mudik
itu?” Pertanyaan gak penting yang seketika terbersit dalam pikran saya…
Sampai pada
akhirnya pagi ini saya coba mencari tahu apa arti dan esensi kata mudik itu. Dan
ternyata kata “mudik” itu berakar dari kata “udik”, dimana udik itu berarti
kampung atau desa yang lawan katanya adalah kota.
Ini seperti
istilah arab ‘ badui’ sebagai lawan dari kata hadhory. Sehingga dengan
sederhana bisa diambil kesimpulan bahwa mudik, adalah kembali ke kampung
halaman. Yah, arti yang
semua orang sudah tahu. Dan ternyata struktur tatanan kata ‘mudik’ sebenarnya
sangat tidak aneh dalam bahasa arab.
Dalam buku Kebudayaan Koentjaraningrat
, Mentalitas dan Pembangunan menyebutkan bahwa suatu sistem nilai budaya
berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Dan ternyata dalam
sistem kebudayaan tersebut masyarakat menganggap sebuah laku kebudayaan amat
bernilai dalam hidupnya. Tak terkecuali mudik. Jadi mudik seolah menjadi suatu
keniscayaan. Sehingga menjadi kebudayaan yang memiliki sistem nilai jiwa umat
Islam.
Nah, saya juga dapat informasi mengenai
beberapa arti kata “mudik”. Ini dia :
Mudik dari akar kata “ adhoo-a” yang
berarti “ yang memberikan cahaya atau menerangi” Ini bisa dipahami dengan
mudah, bahwa mereka para pemudik itu secara khusus memberikan ‘cahaya’ atau
menerangi kampung-kampung halaman mereka. Mudik juga berasal dari akar kata “
Adhoo-‘a”, yang berarti “ yang menghilangkan”
Selanjutnya, mudik berasal dari bahasa
arab yang berarti : orang yang menghilangkan. Hal ini juga akan mudah kita
tangkap, bahwa mereka pemudik itu adalah orang-orang perantauan yang dipenuhi
beban perasaan kerinduan, dan kesedihan karena jauh dari orangtua, keluarga
atau kampung halamannya. Karenanya mereka melakukan aktifitas mudik , dalam
rangka ‘menghilangkan’ semua kesedihan tersebut.
Mudik dari akar kata “ adzaa-qo” yang
berarti “ yang merasakan atau mencicipi “ Orang yang mudik ke kampung halaman
pastilah mereka yang ingin kembali ‘merasakan dan mencicipi’ suasana kampung
tempat kelahiran.
Yah…itu informasi yang saya dapatkan
mengenai esensi dari kata mudik, tapi dari manapun asalnya dan entah kapan
mudik itu mulai dilakukan oleh masyarakat Indonesia, tetap saja yang namanya
budaya akan tetap selalu ada dan tidak terpikir sedikitpun dalam pikiran saya
dimana pada hari lebaran suatu saat nanti masyarakat Indonesia tidak
berbondong-bondong untuk pulang kampung.
Kayanya gak mungkin yah..,dan gak seru
juga.hehe..Yah,,,itulah serunya perayaan salah satu hari besar keagamaan,
lagi-lagi setiap tahun Indonesia selalu diramaikan oleh kegiatan mudik
tersebut. Oleh karena itu moment lebaran dijadikan moment untuk kembali ke
kampung halamannya atau dengan kata lain mudik dimaknai sebagai proses
kembalinya masyarakat urban, perantau ke kampung halaman.
Jika boleh saya simpulkan maka tradisi
mudik menjelang perayaan Idul Fitri memang sudah menjadi kultur atau budaya
negara kita sehingga saya memahaminya sebagai “mudik kultural”. Mudik sebagai
fenomena kultural yang sangat unik adanya dan ternyata ini bukan satu-satunya
di penjuru dunia (hebat yang negara kita^^).
Di Amerika sini, mudik juga terjadi
untuk mengucapkan terima kasih dan rasa bersyukur di akhir musim panen.
“Thanksgiving Day” atau Hari Pengucapan Syukur adalah hari libur resmi di
Amerika Serikat yang jatuh pada kamiskeempat di bulan November. Di Amerika
Serikat, hari libur Thanksgiving yang selalu jatuh pada hari Kamis
menjadi hari pertama dari akhir pekan yang lamanya 4 hari. Bagi sebagian
pegawai, menjadikan hari Thanksgivingdan
hari Jumat sesudahnya dijadikan hari libur yang digaji. Selain dari itu,
pegawai dengan sistem cuti yang bisa diambil sewaktu-waktu dapat meminta cuti
di hari sesudah Thanksgiving.
Sehari sesudah Thanksgiving adalah hari Jumat, yang disebut Jumat Hitam yang menandai dimulainya musim belanja Natal. Sebagian besar toko sudah buka sejak
pagi hari (biasanya sejak jam 05.00 pagi), dan menjual barang dengan sistem
obral rugi/ cuci gudang agar
pembeli mau datang. Disebut Jumat Hitam karena pada hari itu biasanya neraca
pembukuan mereka berubah dari warna merah (merugi) menjadi hitam (untung).
Toko-toko besar seperti toko-toko elektronik, supermal, dan semacamnya biasanya
penuh dengan orang yang mengantri untuk membeli barang sejak Kamis sore.
Beberapa toko elektronik sudah
terbentuk antrian sepanjang 100-200 orang untuk membeli barang yang diobral.
Toko-toko biasanya buka pada hari Jumat pukul 5 pagi, namun antrian
kadang-kadang sudah dimulai sejak hari Kamis pukul 5 sore. Supermal
kadang-kadang buka pukul 12 tengah malamnya dan toko-toko di dalamnya menjual
barang-barang obral. Pada hari istimewa ini tidak jarang pengunjung supermal
pada tengah malam tersebut membeludak menjadi ratusan bahkan ribuan orang.
Thanksgiving di Amerika Utara juga merupakan
kesempatan berkumpul dengan keluarga dan sanak saudara. Hari Rabu sebelum hari Thanksgiving dan hari Minggu yang merupakan hari
terakhir libur Thanksgiving merupakan hari-hari tersibuk bagi
transportasi udara, kereta api, bus antarkota, dan jalan-jalan raya.
Polisi di Amerika,
pada perayaan hari Thanksgiving Day ini, tidak seperti di Indonesia. Mereka
tidak mendirikan pos-pos pemantauan namu mereka lebih mengintensifkan pola
patroli dan pam statis dengan kendaraan patroli. Yang menarik adalah kebanykan
polisi malah melakukan razia dijalanan, dengan menghentikan secara acak
beberapa kendaraan untuk melakukan test kadar alkohol. Perlu saya informasikan
bahwa di sini, pelanggaran mengemudi dengan kadar alkohol yang tinggi sudah
termasuk katagori pidana dan layak untuk dihukum dengan ancaman lebih dari 5
tahun...
Lalu apa
korelasinya dengan Polri?
Kalau mengingat
tingkat kenaikan berita negatif tentang Polri agak meninggi akhir2 ini, maka
momen lebaran dan mudik ini adalah momennya polisi. Kita bisa menciptakan
berita yang bisa menggugah rasa simpati dan empati masyarakat kepada Polri.
Banyak cara tentunya bisa dilakukan. Semua dari rekan-rekan punya kita2
tersendiri, apalagi kebanyakan anggota milis ini adalah para manajer lapangan.
selain itu, harus pula dipahami bahwa memang ternyata hari besar keagamaan
(dalam hal ini khususnya Idul Fitri) menjadi sebuah peristiwa yang membuat
berbagai konflik sedikit terlupakan. Tidak ada lagi sekat-sekat kesenjangan
karena semua strata sosial dalam masyarakat berbaur. Ketika itu rakyat jelata
saling bersalaman dengan pimpinannya, kaum fakir saling berkunjung dengan ulama
panutannya. Semua bisa saling berkomunikasi baik dengan sesamanya maupun dengan
warga kampung lainnya.
Oleh karena itu, mari kita jadikan
momen mudik ini untuk mengembangkan suasana kekeluargaan diantara kita semua
baik secara internal maupun eksternal..
Selamat Pam Lebaran Yang Ngepam
Selamat Mudik yang mudik..
No comments:
Post a Comment