BIASANYA BEGINI....,
Terkenang kala dia menjadi kapolsek;
bagaimana sebuah prestasi besar pertama dia ukir. Kebanggaan tiada tara tak
terungkapkan..
Randudongkal, September 1993; suatu siang..
Pintu diketuk tiga kali dan tanpa diminta
masuk keruangan, seorang anggota jaga masuk dan menghampiri Bedu diruang kerja;
anggota serse.
“Lapor ndan, ada penemuan mayat”
Dayat anggota yang katanya paling
berpengalaman sebagai reserse di polsek melapor.
”Mayat??? Mayat apa?” Bedu bertanya.
”Mayat bayi ndan”.
“Ayo kita ke TKP”.
Mendatangi TKP adalah sebuah keharusan
dalam mengungkap kejahatan. Ada teori kejahatan dimana sebuah kejahatan
pasti meninggalkan jejak, dan jejak itu dimulai dari TKP itu sendiri. Demikian
kira-kira pelajaran yang dia dapat dari bangku Akpol dulu. Bedu harus datang
untuk melakukan penangann awal dan mengolah TKP tentunya.
Lokasi TKP hanya berjarak lima
kilometer dari polsek. Sebuah rumah penduduk dilingkungan yang asri dengan
jarak antar rumah tidaklah berjauhan. Kerumunan penduduk terlihat seperti ingin
tahu melingkar di belakang rumah. Bedu mendatangi lokasi tersebut, terlihat
sebuah pipa pralon yang pecah dengan badan bayi menyembul didalamnya. Belum ada
yang menyentuhnya. Pemandangan yang sangat miris…
Bedu mendekat ke lokasi dan meminta
kerumunan orang untuk menjauh. Semakin mereka diminta menjauh, semakin mereka
mendekat ingin tahu apa yang akan dilakukannya.
Bayi kecil itu seperti baru
dilahirkan. Dibuang begitu saja di WC dan terhambat disaluran pembuangan.
Mengamankan TKP, mencari saksi,
mengumpulkan bukti; begitu kira-kira yang harus dilakukan. Semua pasang mata
memandang. Mereka berharap polisi muda ini bisa mengungkap. Secara sistematis
semua harus dilakukan.
TKP, selesai.. hasilnya buntu.
Saksi-saksi tidak ada keterangan yang meyakinkan. Hanya satu keterangan kunci;
sore kemarin ada arisan ibu-ibu dirumah itu, duapuluh lima orang. Itu artinya
ada dua puluh lima ibu-ibu calon tersangka…
Orang habis melahirkan logikanya ada
jejak dikemaluannya itu saja. Artinya dia harus meminta bantuan seorang dokter
untuk melakukan pengecekan fisik terhadap mereka. Sementara mengumpulkan semua
ibu-ibu itu bukanlah hal bisa cepat dilakukan. Mereka tersebar di penjuru
kampung. Belum lagi nama-nama mereka harus dicari satu persatu.
Yang dia tahu, dia harus membawa
mayat bayi itu ke puskesmas terdekat untuk di otopsi sebab-seba kematian. Rumah
sakit terdekat hanya ada di kota Pemalang, terlalu jauh..
”Ndan, saya ada cara mengungkap kasus
ini”, Dayat mendekati Bedu sambil berbisik.
”Bagaimana pendapat kamu?” Tanya Bedu
mencoba menampung aspirasi anggotanya.
”Kita ketempat Kepala dusun Kaliadem
disebelah kampung ini”.
Ke kepala dusun.., sesuatu yang masuk
akal sebagai tokoh kampung dia pasti mengetahui seluk beluk kampung. Itu
kira-kira yang ada di kepala Bedu.
”Baik, setelah selesai ini semua kita
mendatangi pak Kadus dirumahnya”
Bedu masuk ke mobil bersama Dayat
sambil meninggalkan pesan kepada anggotanya untuk mengumpulkan ibu-ibu itu ke
Polsek untuk dilakukan pemeriksaan. Sepanjang perjalanan Dayat bercerita bahwa
orang yang akan didatangi merupakan tokoh yang sudah terkenal seantero Pemalang
bahkan sampai keluar Pemalang. Dia merupakan ”orang pintar” yang bisa mencari
tahu sesuatu dengan cara supranatural. Bahkan beberapa waktu yang lalu ada
orang yang minta nomer Porkas dan nomernya tembus dapat satu milyar.
”Wah berarti kita ke dukun ni?” Bedu
berguman pelan menyesali persetujuannya untuk berangkat ke Kadus itu. Tapi ada
baiknya dicoba pikirnya daripada penasaran, lagian khan memang dia berniat
ingin mencari tahu seberapa hebatnya si Dayat ini seperti kata orang.
Dirumah Kadus;
”Assallam Mualaikum Pak Kadus, saya
sama Kapolsek mau minta minta bantuan pak”.
Dayat menyapa.
”Waalaikum Salam, silahkan masuk”.
Seorang laki-laik paruh baya
mempersilahkan masuk kedalam
”Ada apa ini?” tanyanya sedikit
keheranan.
”Ini pak saya dengan Kapolsek baru
menangani masalah orang buang bayi, kita mau cari tahu siapa yang buang...”
Dayat menimpali setelah sedikit berbasa basi.
”Baik, bapak tunggu saja disini saya
masuk dulu kedalam”. Si kadus masuk kedalam meninggalkan Bedu dan Dayat diruang
tamu.
Tidak berapa lama kemudian hanya 5
menit, Kadus keluar sambil membawa segelas air.
”Saya tadi didalam sudah lihat ke
gelas ini, pelakunya perempuan, rambut sebahu, cantik, berkulit putih, dan
sekarang posisinya sudah sampai di terminal pemalang. Bapak harus buru-buru
sebelum pelakunya lari keluar kota”.
Sang kadus mencoba menjelaskan ke
Bedu dan Dayat sambil matanya menerawang kedalam gelas itu. Sementara Bedu dan
Dayat mencoba memperhatikan dengan serius kearah gelas itu. Bedu tidak dapat
melihat apa-apa selain gelas dan air putih didalamnya, tidak ada yang lain..
”Baik pak, terima kasih saya langsung
ke terminal pemalang cari pelakunya”, ujar Bedu sambil buru-buru keluar.
Terlihat Dayat mengeluarkan uang lima ribuan dari kantongnya dan meletakkan
diatas meja sambil tidak enak mengikuti Bedu.
”Kenapa kamu kasih duit?” Tanya Bedu
”Ucapan terima kasih ndan, sudah
dikasih jalan informasi”.
”Informasi apa?”
”Itu tadi ndan..”.
”Informasi apaan, memangnya kamu
lihat apa di gelas tadi?”
”Tidak lihat apa-apa ndan”.
”Lha kok kamu percaya???”
”Mungkin yang bisa lihat bapak itu
saja ndan, kita khan orang awam. Lagian informasinya selama ini tokcer kok
ndan”.
”Tokcer gimana, berapa kali kamu
tanya dia..?”
”Sering ndan.. kalau ada kehilangan
motor”
”Memangnya terungkap?”
”Belum sich ndan, tapi kalau Porkas
banyak yang kena..”
”Kamu denger nggak yang dia bilang
tadi?”
”Denger ndan, katanya pelakunya
cantik rambut sebahu kulit putih dan sekarang ada di terminal Pemalang”.
”Bodoh kamu, bener kalau orang bilang
dia ”oang pinter”. Semua omongannya ya masuk akal; namanya orang bisa hamil ya
pasti perempuan, kalau perempuan ada yang menghamili paling tidak dia juga ada
cantik-cantiknya. Nah kalau dia habis melakukan kejahatan pasti ya lari,
caranya lari nggak ada cara lain selain naik angkutan ya pasti lewat terminal”
”Oooooohhhh...” Dayat melongo
”Oh?? Ngapain Oh? Sekarang kita cek
saja ke Polsek apa sudah kumpul belum ibu-ibu itu disana. Kamu sudah hubungi
dokter?”
”Sudah ndan, pak dokter Susilo khan
temen baik polsek dari dulu.
Sesampainya di Polsek, Bedu melihat
antrean ibu-ibu yang gelisah menunggu giliran masuk ke ruang pertemuan polsek
untuk diperiksa. Sebagian tertawa-tawa untuk menghilangkan kegelisahan. Mereka
semua merasa yakin tidak bersalah. Hasilnya... keduapuluh lima perempuan itu
selesai diperiksa oleh dokter Susilo dan dokter keluar ruangan sambil
menggelengkan kepalanya..
”Bagaimana dok?”
”Ndak ada diantara mereka pak
Kapolsek”.
”Jadi tidak ada tanda-tanda mereka
baru melahirkan??”
”Lha bapak in gimana, saya khan
dokter, ya pasti tahu kemaluan perempuan habis melahirkan”
Buntu...
Bedu segera mengumpulkan anggota
reserse;berdiskusi memecahkan kasus tersebut.
”Mari kita ulangi dari TKP, di TKP
kita temukan mayat bayi. Bayi tersebut baru lahir, dan tidak ada saksi yang
mengetahui kecuali ketika bayi itu ditemukan karena pralonnya pecah.” Bedu
mencoba menggambarkan ulang situasi saat itu.
”Alibi yang kita dapat bahwa sehari
sebelumnya ada arisan disana dengan yang hadir duapuluh lima orang dan semuanya
sudah kita cek hasilnya negatif” lanjut Bedu
”Masih ada yang belum kita periksa?”
”Sudah semua ndan..” Eko anggota
reskrim mencoba menjelaskan bahwa kesemua ibu-ibu termasuk pemilik rumah sudah
diperiksa.
”Coba cek lagi, pemilik rumah punya
anak perempuan tidak?” Bedu masih belum yakin.
”Pemilik Rumah bu Ati punya anak
cewek tapi masih tiga belas tahun ndan, tidak mungkin dari dia, dia khan masih
kecil”. Eko kembali menyahut.
”Kenapa tidak mungkin? Coba jemput
dia kita cek semuanya..” Bedu memerintahkan anggotanya untuk mengecek kembali
seteliti mungkin.
Anggota menjemput Sari, anak pemilik
rumah, seorang gadis kecil masih kelas dua SMP. Wajahnya sayu seperti sedang
sakit. Tidak tega rasanya memeriksa anak itu, namun pemeriksaan seteliti
mungkin adalah prinsip pengungkapan perkara. Dokter membawa Sari masuk kedalam
ruang pemeriksaan dan tidak berapa lama kemudian keluar lagi dengan mata kosong.
”Gimana Dok?”
”Positif pak kapolsek..”
”Dia?” tanya Bedu setengah tidak
percaya.
”Iya pak, kemaluannya menunjukkan
tanda baru melahirkan”
”Haaaaaa.....?”
Bayangkan, seorang gadis lugu berumur
tigabelas tahun baru saja melahirkan. Ketika hal itu ditanyakan kepada kedua
orang tuanya mereka pun setengah tidak percaya, karena mereka tidak pernah tahu
tahu anaknya sedang hamil...
Kasus terungkap karena menggunakan
cara-cara yang benar; itulah pelajaran hidup yang Bedu dapat hari itu.
Kebiasaan anggota yang secara turun temurun melaksanakan kegiatan dengan cara
yang salah harus diperbaiki, tidak ada kata lain. Kalau ini dibiarkan kapan
polisi mau maju??
Banyak kegiatan anggota yang
dilaksanakan dengan hanya mencontoh kebiasaan lama. Hal tersebut dan terpola
menjadi sub budaya mereka. Kalau seorang pimpinan mau menunjukkan cara dan
metode baru, mereka selalu mengatakan ”ah biasanya begini ndan” atau ”yang
sudah-sudah juga begini ndan”. Sebuah perilaku mendarah daging yang sangat
sulit diubah. Cara baru berarti penyesuaian bagi mereka dan itu menimbulkan
ketidak nyamanan. Sebuah tantangan bagi Bedu untuk selalu meningkatkan
kemampuan anggotanya.
Ingatan akan prestasi pertama itu,
membangkitkan gairah kerja Bedu. Tekadnya semakin bulat untuk mengajak anggotanya
berbuat maksimal dalam bekerja. Pendekatan kerja yang lebih sitematis dan
berlandaskan pada ilmu dan teknologi harus dikembangkan.
Nice
ReplyDeleteUmumnya dalam struktur organisasi di Indonesia, terutama kepemerintahan, atasan diandalkan untuk menginisiasi pembaharuan. Tidak sepenuhnya salah, tetapi pola pikir itu menyebabkan organisasi bersangkutan sulit dikembangkan. Perlu motivasi yang terus menerus terhadap bawahan agar menjadi proaktif dan menyadari perannya.
ReplyDelete