Kisah ini adalah cerita yang paling saya suka sampaikan dalam berbagai kesempatan...Kisah tentang Polisi Yang Harus Kuat..
Saya yakin ini hanyalah cerita sederhana, bagaimana perlunya kita jadi Polisi untuk selalu kuat.
Setiap kali mengawali penugasan ditempat baru, selain melakukan OHA dan ES,, sebagai kewajiban tentunya kita akan berbicara dihadapan seluruh anggota-anggota kita.
Sebagian besar dari kita yang sudah berpengalaman tentunya dengan mudahnya akan menyampaikan berbagai arahan, wejangan yang mengalir seperti air. Apa-apa yang kita sampaikan bisa dalam berbagai sisi, apakah itu memperkenalkan diri, memotivasi, mengajak anggota untuk saling mendukung, ataupun sampai yang sifatnya mengingatkan.
Tapi bagi saya yang masih selalu harus belajar dan belajar, saya selalu menyiapkan bahan pembicaraan awal dengan memulai Kisah Polisi yang harus kuat. Sederhana memang, karena saya paham betul, kalau saya bicara hal-hal yang terlalu tinggi dan tidak membumi, nanti dikira ngelantur oleh para anggota..
Mengapa Polisi harus kuat..?? Kekuatan yang seperti apakah sih yang dibutuhkan untuk menjadi Polisi..
Bayangkanlah tugas kita, pengayom, pelindung, pelayan masyarakat.. Bagaimana bisa kita melakukan itu semua, kalau kita lemah..??
Bagaimana kita mau menolong orang, kalau berdiri dengan dua kaki kita saja tidak mampu? Bagaimana kita mau melayani orang kalau tangan kita lemah? Bagaiamana kita mau mengayomi orang, kalau hati kita lemah..?? Ternyata benar kita setidaknya harus kuat secara fisik maupun mental.
Sehat jasmani dan rohani adalah syarat utama untuk menjadi Polisi. Oleh karena itu,, saya selalu mengingatkan diri saya dan meminta anggota-anggota saya untuk selalu menjaga kesehatan, menjaga kekuatan tubuh mereka, karena semua kegiatan perpolisian harus dieksekusi dalam berbagai kegiatan fisik.
Kekuatan berikutnya adalah kekuatan hati dan fikiran,, lucu juga memang,, kalau polisi gak mampu mikir, apalagi kalau hatinya lemah dan suka mengeluh,, bagaimana mereka mau menolong orang? Menerima keluhan masyarakat? Apalagi sampai harus memecahkan masalah mereka, sementara mereka sendiri lemah pikiran, lemah hatinya... Uuuuuhhhh memang kadang kita diminta untuk menjadi seperti Superman,, faktanya kita juga manusia biasa..
Banyak masalah yang harus diselesaikan dengan keuletan, dengan hati yang jernih, dengan pikiran yang selalu kritis dengan waktu yang terbatas. Kekuatan fikiran akan membawa kita pada cara-cara kreatif pada berbagai masalah orang lain. Kita harus ingat, bahwa kita sebaga Polisi ini sejatinya dibentuk untuk menyelesaikan permasalahan orang lain, namun kalau kita tidak kuat fikiran dan hati, maka bisa jadi kita malah nantinya yang akan menjadi bagian dari masalah itu.
Berikutnya kuat apalagi ya..?? Oh iya,, ini fenomena menarik,, mudah2an saya salah.. Seringkali kita mengeluh kita kekurangan sumberdaya, kurang tenagalah, kurang waktulah, kurang manusia lah, kurang bensin lah, kurang uanglah,, buntut2nya ya gitu, minta bantuan.. Padahal orang diluar sana suka ketawa kalau lihat polisi yang serba kekurangan dan suka meminta bantuan... (Apa iya..??)
Katanya mau menjadi penolong, gimana mau nolongin kalau kerjanya minta tolong terus sih om..?? Katanya mau melindungi..Gimana mau melindungi kalau kerjanya cari backing terus om..?? Wah-wah ini memang fenomena menarik,, tapi begitulah kira-kira sub budaya kita yang dibaca oleh orang luar..
Kadang kita harus malu. Kita acapkali seperti yang merasa hebat,, padahal kita ini lemah.. Lemah sekali sebagai individu maupun institusi. Kebanyakan dari kita berlindung dibalik jubah seragam dan jabatan. Cobalah kita lihat bagaimana sebagian dari kita ketika berhadapan dengan stake holder. Ketika menghadapi yang lemah, bukannya kita tolong, kita layani, kita lindungi malah sebaliknya kita mempertontonkan kekuasaan atas nama hukum.
Namun sebaliknya ketika kita berhadapan dengan kekuatan,, apakah kekuatan massa, kekuatan kekuasaan, kekuatan politik, kekuatan uang, kekuatan hukum,, malah dengan semangat feodal kita memperagakan berbagai kelemahan. Intervensi tidak berani dilawan, argumentasi tidak dilawan dengan argumentasi tapi dibalas dengan gerutuan. Perintah terlarang diikuti karena lemah hati untuk menolak.
Semua kekuatan sebagaimana saya sebutkan diatas, hanya mampu di respon dengan akting seperti jaman jadi kopral taruna dulu,,"ijin mengambilkan mayor taruna",,"ijin membawakan mayor taruna",,"ijin menggantikan mayor taruna"., "ijin memijit mayor taruna..",, "siap dilaksanakan komandan" "siap perintah boss" dan yang banyak adalah hanya "siap salah"
Waduh-waduh,, memang kita benar-benar mengalami jaman dimana pendidikan telah salah membentuk kita menjadi pribadi-pribadi feodal,, perilaku dimana penjajah begitu berkuasa terhadap si lemah, dan siapapun yang ingin bertahan sebagai penguasa, harus mau melakukan apapun agar kekuasaannya tetap langgeng, dan penguasa mengkader pengganti hanya kepada siapa yang mau berkolaborasi dengan penguasa. Sikap kritis dianggap sebagai pembangkang dan mengganggu kemapanan penguasa.
Lebih hebatnya lagi, Polri sebagai organisasi dimana kita berada saat ini, yang seharusnya secara institusional dibentuk untuk menjadi kuat dalam rangka menjaga ketahanan keamanan bangsa,, eh malah jadi tempat berlindung kita-kita yang ternyata sangat lemah ini. Atau bahkan ada sebagian dari kita yang justru dengan segala kelemahan kita ini malah ikut melemahkan Polisi..???
Lucunya,, ketika terjadi hinggar binggar diluar sana mulai mendelegitimasi kekuatan kita,, eh malah bersembunyi dibalik baju kekuasaan dan menunggu orang lain menjadi martir dulu sampai keriuhan ini reda dan nanti keluar sebagai jagoan... Seperti film cerita silat,, jagoan keluar belakangan..
Eh kembali ke cerita harus kuat tadi,, saya ingat-ingat cerita ini, karena tiba-tiba saya ingat jaman kita Sekolah dulu.. Bagaimana bapak2 penguji kita dengan segala kekuatan otoritas nilai yang mereka tuliskan dalam kertas hasil ujian NKP kita dan membuat kita merasa lemah dihadapan mereka.. Dan lucunya sebagai orang lemah, sebagian dari kita bukannya menguatkan diri, eh malah semakin mendukung budaya feodal ini dengan berlomba-lomba mencari titik agar kita bisa mendapatkan perhatian mereka. Alih-alih kita berfikir membangun kekuatan kita dalam berbagai sisi akademis untuk bisa berhadapan dengan mereka, malah sebaliknya secara tidak sadar memperlemah diri kita melalui berbagai pola interaksi yang kiranya cocok dalam konteks norma hubungan di "sekolah" itu. Siapa yang tidak sejalan, maka akan disingkirkan dan dilemahkan. Banyak siswa lain yang mendapatkan pembelajaran menarik dari situasi ini. Akhirnya mereka mendapatkan suatu pemahaman, bahwa kalau kita tidak. Cukup kuat, "ngalah" adalah cara terbaik supaya tidak tersingkir.
Saya sungguh merasa terusik dengan kondisi ini. Pengalaman yang indah memang saat itu. Yang lebih menyedihkan lagi, bagi mereka-mereka yang ikut permainan itu merasa dirinya sebagai orang hebat,, dan teman-teman yang tidak ikut dianggap sebagai orang lemah yang hanya bisa menonton saja..dan bukan bagian dari group calon pimpinan yang "kuat" dalam konteks yang semu.
Nyatanya,, dunia akan menunjukkan bahwa cara berfikir seperti itu adalah salah 100 persen.. Pola-pola sepertu itu tidak akan membuat kita mampu mengasah diri kita untuk menjadi kuat dengan sebenar2nya kuat.. Kita hanya mempunyai kekuatan semu semata yang tidak akan berguna dalam medan pertempuran sebenarnya..
Berbanggalah kalian para penonton,, karena kalian telah membangun kekuatan bertahan hidup, dengan cara yang lain. Kekuatan sebenarnya ternyata bukan pada kekuatan legalitas, namun pada kekuatan legitimasi. Oleh karena itu kita harus menyadari bahwa Polri secara legalitas telah diberi kekuatan wewenang oleh negara untuk melakukan berbagai kegiatan pemolisian.
Namun apabila kita-kita para awaknya tidak mampu menggunakannya dengan baik, maka perlahan tapi pasti akan menimbulkan delegitimasi kepercayaan masyarakat yang pada akhirnya menjadikan kekuatan yang dimiliki Polri secara cepat akan melemah.
Tulisan ini bukan bermaksud apa-apa..
Saya hanya berbagi cerita jujur, sebagai bagian dari upaya pencerahan bagi diri saya dan rekan-rekan. Sebenarnya bangsa kita diluar sini ternyata sangat lemah dimata dunia internasional.. Bahkan bila dibandingkan dengan negeri Sebesar Singapura saja kita tidak mampu bersaing dalam berbagai percaturan kehidupan.
Senior dan rekan-rekan;
Suatu hari kita semua akan sampai pada titik dimana kita akan memimpin Polri ini dalam kapasitas masing-masing,, Rasanya anak buah kita akan bangga kalau mereka nantinya dipimpin oleh orang-orang yang kuat dan mampu melindungi mereka dari berbagai tekanan.. Para anggota tidak berharap bertemu pemimpin yang kerap berkata "Ini kerja saya" ketika anak buah berhasil, dan berkata "Itu adalah kesalahan anak buah" ketika terjadi masalah..
Ayo; Polri harus kuat, kuatkan diri kita dan organisasi kita..!!!!
Hanya sebuah renungan pribadi..
No comments:
Post a Comment